Kamis, 02 Juli 2015

2/7/15

"Eh, na lo punya lagu rock ini? Gila lo keren juga." Kataku.
"Eh, Dina punya lagu itu? Gue bagi dong." Sahut ia tiba-tiba.
"Iya bang, ambil aja lagunya saya punya banyak ko."

Waktu itu sedang ada acara, dan aku bersama kedua temanku memilih untuk duduk di tangga yang paling atas. Memantau segalanya dari atas tangga. Bersama dia. Aku melihat dia berdiri 2 tangga di atas tempat aku duduk.

"Nih Na, gue udah selesai kirim lagunya. Thanks."
"Iya bang, sama sama."

Aku merasakan seseorang duduk di belakang ku persis. Tak ada satu tangga yang terlewat. Aku melirik temanku, memberi kode bahwa yang duduk di belakangku adalah dia. Abang yang selama ini aku sukai, abang yang meminta lagu kepada Dina juga. Bang Dimas.

"Rambut lo harum juga ya."
Tiba-tiba dia mengucapkan kalimat itu.
"I...iy...iya bang." Sahutku gugup. 
"Hm, kata bang Rio lo suka sama gue segitunya yaa. Kenapa? Ko bisa?"
"Hah? Emang bang Rio bilang apa sama abang? Perasaan cerita-cerita ama bang Rio juga gak pernah."
"Iya gak? Kenapa suka sama gue ampe segitunya?"
"Jatuh cinta gak butuh alasan bang. Hehehe."
Dia diam.

Yang aku tahu selama dia duduk di belakang ku jantungku berdegup sangat cepat. Rasanya kayak mau copot. Tanganku gemetar. Tanganku mulai dingin. Tiba-tiba kedua temanku beranjak entah kemana. Tinggalah aku berdua dengan dia.

"Lo udah makan?"
"Udah bang, tadi sahur bang. Kan ini puasa bang."
"Oh iya. Kalo b e udah?"
"Hahahahaa, iya bang udah ko."
"Terus yang belom apa dong?"
"Hmmmm, minum bang yang belom ntar nunggu buka puasa."
Sambil dia mengelus rambutku, sambil dia memegang tanganku. Dan dia juga memeluk tubuhku dari belakang. Rasanya.... Tak bisa di deskripsikan oleh kata-kata.

Setelah itu aku, dia dan kedua temanku berada di sebuah restoran. Tambah seorang bang Rio yang tiba-tiba ada di restoran itu.

"Bang Rio, abang bilang apa ke Bang Dimas? Ko dia bisa nanya ke gue kalo gue suka ama dia segitunya?
"Ha? Gue gak bilang apa-apa ko." Katanya.

Rasanya setiap di dekat dia, jantungku berirama tak karuan. Tapi sejujurnya aku bahagia sekali. Sangat teramat bahagia. Apalagi pas aku dan bang Dimas memilih tempat duduk hanya untuk berdua. Disitu kita ngobrol-ngobrol sampai dia tertidur. Iya. Tertidur. Dan aku mengelus kepalanya untuk pertama kali. Rasanya? Bahagia. Aku tak pernah merasakan sebahagia ini.
Aku memutuskan untuk pergi sebentar untuk menghampiri temanku Dina dan Bang Rio duduk.

Tiba-tiba saat aku mengedipkan mata, disitu aku juga merasakan aku membuka mataku.

Gue kebangun dari mimpi gue.
"Njir. Cuma mimpi."
Kenapa cuma mimpi? Padahal disitu gue ngerasa bahwa semuanya begitu nyata.
Gue juga pertama kali ngerasain bisa ngobrol dengan dia dengan begitu lepas. Gak sekaku kalo gue ketemu dia dan ngobrol. Pertama kalinya gue ngerasain dia bisa jadi orang yang banyak ngomong pas cuma gue berdua doang. Pertama kalinya gue ngerasa sangat nyaman ada di samping dia.
Tapi.... Ini cuma mimpi. Dan ini, mimpi terindah gue sama dia.
Kalo lagi mimpi sama dia, gue malah ngerasa jangan ada yang bangunin gue. Karena cuma di alam mimpi gue bisa memiliki dia seutuhnya. Karena cuma di alam mimpi gue bisa mengelus kepalanya dengan bebas. Karena cuma di alam mimpi gue bisa ketemu dia.


ps : nama-nama di atas disamarkan. hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar