Senin, 01 Februari 2016

(Kelak) 1.14

Ku tuliskan sajak ini sambil mengingatmu
Dalam sedu sedan gerimis di depan teras rumahku
Akan jadi apa kita bertahun-tahun dari sekarang, Tuan?
Kelak ketika kau memutuskan pergi dari hidupku
Ingatlah aku di akhir perjalanan kisah cintamu
Ingatlah aku sebagai proses kau menuju masa depanmu
Lalu tersenyumlah
Karena meski tak bersama
Pelukku pernah mendamaikan sejuta gelisah
Kelak ketika ternyata bukan aku yang menyambutmu di depan pintu rumah
Jangan bermuram durja
Aku tahu, lelahmu lebih perlu perhatian
Dibandingkan sesal yang begitu menyesakkan
Kelak ketika kita tak lagi berjalan beriringan
Jangan menyalahkan Tuhan
Tentu tak satu pun dari kita yang ingin menjadi makhluk tak tahu aturan
Mari jalani masa kini dengan harapan atas beragam kebaikan
Kelak ketika hanya puisi yang tersisa dari diriku
Jangan membacanya sendirian saja
Buatlah secangkir minuman hangat
Agar bukan  hanya sunyi yang ada dalam hatimu, yang mulai rindu dekap
Kelak mungkin semuanya akan hilang
Namun yang pernah saling sayang
Tak seharusnya menghapus doa-doa kebaikan.

Puisi dari Tia Setiawati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar