Senin, 18 Mei 2020

3.2

Jadi, barusan aja gue baca sebuah komen di Youtube ketika gue lagi nonton MV Dialog Senja berjudul Lara.
Satu persatu kalimat, gue baca dengan saksama gak kerasa tiba-tiba air mata gue ngalir gitu aja. 
Gatau, tergores lagi luka-luka lama itu.
Gue akan repost komen tersebut di sini, sekalian jadi kenangan buat gue juga.



Kau tak akan pernah tau rasanya menangis diam-diam sampai bantalmu basah kuyup seperti habis dikencingi anak kecil yang bermimpi sedang ada di kamar mandi. Kau tak akan pernah tau rasanya mati-matian berpura-pura tertawa di hadapan orang-orang, berpura-pura bahagia hidup bersamamu padahal sebenarnya aku sedang di neraka dan teriakanku tak ada yang mendengarkan. Kau tak akan pernah tau rasanya pukul tiga pagi meringkuk di sudut kamar dengan seluruh janji-janji teringkarimu yang tumpah seketika bersama air mataku yang sesal–sesal–sesal tiada habisnya. Kau tak akan pernah tau rasanya memaklumi kesalahan-kesalahan yang akan diulangi lagi. Kecewa untuk alasan yang serupa untuk kesekian kali. Kau tak akan pernah tau rasanya menatap iri pada pasangan-pasangan kasmaran teringat bagaimana kita pernah sampai akhirnya kita sudah. Kau tak akan pernah tau rasanya berharap seseorang tak pergi tapi nyatanya raganya disini tapi ia sudah jauh sekali dan mungkin tak mungkin bisa kembali lagi. Kau tak akan pernah tau rasanya mengingat-ingat memori silam dengan senyum lebar lantas menangis sebab mungkin tak akan terulang lagi. Kau tak akan pernah tau rasanya menelan bulat-bulat kenyataan bahwa kau tak pernah jadi prioritas. Kau tak pernah jadi yang diutamakan. Kau hanya salah satunya saat kau ingin jadi satu-satunya. Kau tak akan pernah tau rasanya termakan omonganmu sendiri mengenai hubungan yang kau miliki paling sempurna, bahwa kekasihmu tiada duanya, bahwa kekasihmu berbeda dari yang lainnya namun ternyata lebih bangsat dan lebih parah serta lebih tak menggunakan otaknya. Kau tak akan tau rasanya hidup dalam hubungan yang tak lebih dari sekadar pura-pura dan tipuan. Semua tau kita bahagia dan kita berdua mengakuinya. Padahal yang aku rasa luar biasa tersiksa sedangkan kau taunya aku bodoh dan mau-mau saja. Kau tak akan pernah tau rasanya menginginkan waktu diulang kembali namun semesta hanya menertawai kebodohanmu sampai kau sendiri pun malu pada diri sendiri. Kau tak akan pernah tau rasanya disia-siakan. Didapatkan hanya untuk dicampakkan, atau disimpan hanya untuk pajangan. Terlebih kau rupanya sudah lama dibuang tapi belum benar-benar terbuang. Kau tak akan pernah tau rasanya kecewa sekecewa ini—sekecewa yang aku rasa. Sebab aku tak akan pernah tega menyiksamu dengan cara seperti yang kau buat kepadaku. Aku rusak parah tapi tak mampu meninggalkanmu. Ironis kan? - Bandung & Kenangan.

-itsmeyour sam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar