Kamis, 12 Maret 2015

12/3/15

Tepat saat aku berjalan pulang ingin segera merebahkan diriku di kasur yang empuk, aku melihat kamu dari arah sana.
Berjalan ke sebuah rumah lalu masuk ke dalamnya.
Untung saja kamu tidak melihatku.
Untung saja aku yang melihatmu dan temanmu dan tidak segera langsung menyapamu.
Sebab ini sudah larut malam.
Perempuan mana selain aku yang baru saja pulang dari kosan temannya demi sebuah jurnal untuk praktikum yang baru pulang jam segini? Mungkin ada beberapa perempuan seperti aku, atau bahkan lebih parah.
Tidakkah kamu sadari?
Aku.
Senang.
Sangat.
Senang.
Bisa melihatmu walau hanya beberapa detik.
Bukankah beberapa detik itu lebih baik daripada tidak sama sekali? 
Bukankah dengan melihatmu walau hanya sebentar saja membuat penutup hariku menjadi semakin indah?
Walaupun di kampus aku sempat melihat kamu beberapa kali, beberapa detik.
Kamu, melihat aku yang sedang di hukum di depan teman-temanmu karena sebuah kesalahan kecil yang sangat sepele. Saat aku melihat ke arahmu, sontak rasanya ingin melihatmu lebih lama, tapi sejujurnya aku tak pernah bisa untuk melakukan itu. Jadi, ku palingkan saja mukaku menahan rasa malu bercampur senang karenamu.


Kamu, selamat malam. Tidurlah. Semoga mimpimu indah malam ini.


aku merawat kepalaku yang pohon, 
dengan mengingatmu begitu teduh;
 dengan daun dan dahan yang rapuh.
-mempuisikan
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar